Burung hantu ialah hewan peliharaan yang cerdas

Saat masih kecil dulu, anda pasti hendak memelihara burung hantu setelah menyaksikan film Harry Potter. Burung hantu kepunyaan Harry Potter mempunyai nama Hedwig, yang berjenis burung hantu salju (Bubo scandiacus). Burung hantu ialah hewan peliharaan yang cerdas, ramah pada insan dan gampang dijinakkan.

Meski anda sangat hendak memelihara burung hantu, ternyata anda tidak dapat sembarangan. Inilah dalil mengapa burung hantu tidak sesuai jadi hewan peliharaan. Burung hantu bukan hewan peliharaan yang mudah untuk pemula. Yang mesti anda ketahui, burung hantu butuh ruangan yang luas dan tidak dapat dikurung di dalam sangkar, jelas laman The Spruce Pets.

Kamu dapat memeliharanya di dalam lokasi tinggal dan menyerahkan akses ke bak mandi yang mesti tidak jarang kali bersih. Burung hantu perlu mencuci bulunya secara berkala. Apabila bulunya kotor, ketika terbang, sayapnya akan menerbitkan suara. Di alam liar, burung hantu terbang diam-diam tanpa suara agar mangsanya tidak menyadari kehadirannya. Di samping itu, mereka butuh sering-sering terbang, tidak boleh mengikat kakinya terus-menerus.

Berbeda dengan burung hias laksana lovebird, burung hantu tidak dapat diberi santap biji-bijian, pelet atau sayur dan buah segar. Burung hantu merupakan fauna karnivora, di alam binal mereka bakal berburu untuk mendapat makanan. Mereka biasa memakan tikus, kelinci kecil, ayam kecil sampai marmut.

Kamu dapat memberi pakan dalam situasi hidup atau mati. Di samping itu, anda juga dapat memberinya daging sapi atau ayam mentah. Tapi, pilihan ini tidak guna jangka panjang, sebab burung hantu lebih suka memakan fauna dalam situasi utuh. Tidak dianjurkan untuk memberinya cacing, serangga atau siput, ujar laman The Barn Owl Trust.

Burung hantu ialah hewan peliharaan yang cerdas jika di alam liar

Di alam liar, burung hantu ialah hewan yang soliter dan independen. Mereka biasa bermukim dan berburu sendiri, atau bareng dengan pasangan dan anaknya. Sifatnya ini menciptakan burung hantu sering menyerang orang beda (di samping pemiliknya) karena dirasakan sebagai ancaman.

Burung hantu terbelenggu secara emosional dengan pemiliknya, lagipula jika diasuh dengan baik. Itulah mengapa, ketika kita jatuh sakit dan tidak dapat merawatnya, mereka bakal menjadi stres dan depresi. Burung hantu bakal semakin stres bilamana mereka dipindah ke empunya lain sebab mereka memandang pemiliknya sebagai keluarga.

Meski tampangnya tampak imut dan menggemaskan, burung hantu adalah attention seeker. Mereka memerlukan dan menuntut tidak sedikit perhatian dari pemiliknya. Burung hantu bakal memekik keras supaya diperhatikan dan dituruti kemauannya, jelas laman Bird Eden. Dan mereka bakal stres bilamana diabaikan.

Hal ini bakal menjadi masalah bilamana kamu bermukim di lingkungan padat penduduk. Suara burung hantu yang keras bakal mengganggu kenyamanan tetangga. Burung hantu bakal lebih berisik ketika musim kawin tiba. Bahkan, mereka bakal melakukannya di siang atau malam. Itulah kenapa burung hantu tidak terlalu sesuai dijadikan fauna peliharaan.

Bulu cantik burung hantu bakal rontok dan berganti baru masing-masing tahun. Mereka pun sering memuntahkan pelet, yaitu makanan yang tidak tercerna, laksana tulang, bulu, cakar dan gigi. Bulu dan pelet mesti segera dilemparkan dan dibersihkan, sebab tidak baik untuk kesehatan burung hantu.

Proses peralihan bulu memakan waktu sampai 3 bulan. Jangan tak sempat untuk mencuci kotorannya. Saat buang air besar, burung hantu akan mencuci ceca, yang terletak di ujung usus masing-masing harinya. Baunya lumayan menyengat dan konsistensinya berbentuk semi-padat.

Memelihara burung hantu tidak dapat sembarangan. Di Amerika Serikat, burung hantu termasuk sebagai fauna liar dan calon empunya harus diajar dahulu sebelum mendapat lisensi guna memelihara. Berdasarkan aturan dari US Fish and Wildlife Service, andai kita tidak berhasil atau melanggar aturan, burung hantu tersebut akan dipungut dan diletakkan di penangkaran.

Izin merawat burung hantu di Amerika Serikat paling ketat dan hanya diserahkan pada orang yang bertujuan guna menangkarkan burung atau menjadikannya sebagai program pendidikan. Di Indonesia, burung hantu tidak seharusnya dipelihara sebab termasuk fauna liar, walau masih tidak sedikit ditemukan di pasar hewan.